Rabu, 02 Juli 2014

Siantar Rap Foundation (SRF)




Siantar Rap Foundation – Itulah nama Group Hip Hop asal kota Pematangsiantar, Siantar Rap Foundation (SRF) dibentuk pada akhir tahun 2013, adalah ide Fredy H. Napitupulu sekaligus seorang produser. Nuansa musik rap berpadu dengan nuansa musik Batak, mencoba untuk memadukan unsur Rap dan musik tradisional Batak, maka sang produser mengatur pertemuannya dengan seorang Rapper dan Beatmaker yang berasal dari Pematangsiantar juga, yaitu Awenz.

Setelah beberapa kali pertemuan dan persiapan yang cukup matang, maka dibentuklah grup Rap yang beranggotakan 4 Rapper berbakat yaitu Alfred Klinton Manurung a.k.a Alfred Phobia, Diknal Sitorus a.k.a D.I.C, Alfred Reynaldo Sitanggang a.k.a Alfred Rey dan Petrus Simarmata a.k.a P.N.Si.

Dari keempat anggota rapper yang terbentuk ini sudah cukup lama berkarya di jalur Hip Hop. Bahkan mereka sudah memiliki beberapa album single. Dari karya-karya serta pengelaman mereka dibidang musik inilah sang produser melihat dan berniat untuk membuat satu Album Rap Batak Perdana. Dengan label NSA Production (Napitupulu Silaen Abadi) maka SRF siap terjun untuk merebut telinga para penikmat musik Rap dan Batak dan menambah warna baru di produksi musik tanah air khusunya musik Batak.

BATAK SWAG ETHNIC demikian nama judul album perdana Siantar Rap Foundation, dari 10 lagu dari album tersebut 6 lagu diantaranya berbahasa Batak dan 4 berbahasa Indonesia. Dalam penggarapannya, seluruh musik dan recording di garap sendiri oleh Awenz, di studio wenzCreation Music. Untuk materi, sang produser memberikan idenya langsung ke Awenz, dimana Awenz yang mengaplikasikannya ke dalam musik.

Materi musik dalam Album Batak Swag Ethnic ini sangat menarik., Awenz memadukan unsur tradisional Batak seperti Tagading, Hasapi, Ogung, Sulim, dan Sarune dengan unsur musik Rap modern. Seluruh garapan dan aransemen musik semua dibuat sendiri oleh Awenz. Bersama sang Produser berhasil mengemasnya menjadi satu Album yang tentunya sangat sayang untuk dilewatkan bagi penikmat musik daerah, sebab karya musik seperti ini menjadi warna baru di industri musik Batak oleh Anak Siantar.

Siantar Rap Foundation - BATAK SWAG ETHNIC

Dalam hal pengalaman berkarya dan naik-turun panggung, masing-masing Rapper SRF ini sudah cukup banyak merasakannya. Alfred Phobia, mengawali karyanya di tahun 2009, dan sampai saat ini sudah menghasilkan sekitar 30an lagu yang sangat matang. Dimana pengalaman manggungnya sudah sangat baik, seperti di Development Basketball League Riau menjadi Guest Star di tahun 2012 dan 2013, Kratingdaeng Dance Indonesia Competition di tahun 2013, dan menjadi Juara Rap Competition of Riau di tahun 2012 dan 2013. Untuk even nasional, Alfred Phobia pernah menjadi finalis di National Rap Contest se-Indonesia yang diselenggarakan oleh BKKBN dan Hip Hop Nasional di Bandung tahun 2012 dan Jakarta di tahun 2013, dimana acara ini menjadi satu-satunya even Hip Hop Nasional terbesar di Indonesia. Alfred Phobia kini sedang duduk di bangku kuliah di salah satu Universitas Negeri di Riau.

Rapper lainnya, seperti Alfred Rey, D.I.C dan P.N.Si, juga memiliki pengalaman manggung dan berkarya yang cukup baik juga, dikarenakan mereka masih bersekolah di Pematangsiantar, mereka juga cukup banyak tampil di even-even di Pematangsiantar. Sama seperti Alfred Phobia, mereka dididik dan dibina dengan cukup baik oleh awenz dan dinaungi oleh wenzCreation Music dalam berkarya sehingga menghasilkan karya-karya dan menjadi Rapper yang patut kita banggakan dari kota Pematangsiantar ini.

Dalam penggarapan albumnya Siantar Rap Foundation juga bekerjasama dengan beberapa media partner dari Pematangsiantar dan Jakarta untuk melancarkan produksinya, seperti HipHopHeroes.net, Batak Kaos, GoBatak.com, dan wenzCreation Music. Dan Siantar Rap Foundation meminta doa dan dukungannya agar Album Rap Batak ini segera rampung dan siap diedarkan. Keseluruh lagunya telah selesai, hanya tinggal proses editing video klip dan proses produksi. Kita tunggu saja.

Jumat, 20 Juni 2014

SEJARAH BANGSO BATAK




Sampai saat ini kebenaran sejarah suku/bangso Batak tidak dapat terjawab secara pasti. Khususnya, menggenai peradaban atau tradisi budaya suku tersebut. Cerita-cerita/mitos berkembang, kalau keyakinan atau agama serta manusia pertama yang diturunkan ke dunia ini berada di Kab. Samosir.
Dan Suku itu diduga pertama kali menyakini atau mengakui adanya Debata/Mulajadi Nabolon/Allah Bapa/Yang Maha Kuasa, dan dikenal dengan Bangso Batak. Dimana Bangso Batak, sejak manusia belum menganut agama saat ini sudah mengakui kalau Debata/Mula Jadi Nabolon sebagai penguasa alam semesata atau jagat raya.
Percaya atau tidak akan informasi ini, bukan menjadi patokan bagi pemulis. Penulis hanya menjabarkan sedikit banyaknya asal, muasal serta peradaban atau keyakinan Bangso Batak saat itu. Dan Bangso Batak saat itu menyampaikan doa di Dolok/Gunung Pusuk Buhit. Pusuk Buhit merupakan dolok suci sebagai tempat Pardebataan.
Dimana cerita yang di dapatkan dari banyak sumber, Bangso Batak sudah ada sejak 3000-4000 tahun yang lalu. Saat itu, Debata atau Allah Bapa serta kerap dipanggil Mulajadi Nabolon menurunkan atau mengutus umatnya ke dunia ini. Itu kerap disebut dengan panggilan oleh orang Batak “Oppui Si Raja Batak.”
“Oppui Si Raja Batak.” memiliki 3 anak. Diantaranya, dua laki-laki dan 1 perempuan. Yakni, “Oppui Guru Tatea Bulan, Oppui Raja I Sombaon dan Ompung Boru Nasiak Go Ina”
KETURUNAN OP GURU TATEA BULA.
Dari cerita mitos, Oppui Guru Tatea Bulan memiliki 10 orang anak. Diantaranya, 5 Laki-laki dan 5 Perempuan.
Adapun ke-10 anak dari Oppui Guru Tatea Bulan diantaranya:
Lima (5) anak Laki-laki:
1. Oppung Raja Namartua-tua
2. Oppung Saribu Raja
3. Oppung Limbong Mulana
4. Oppung Sagala Raja
5. Oppung Lau Raja
Lima (5) Perempuan:
1. Namboru.Pareme
2. Namboru Si Biding Laut
3. Namboru Pitta Haumasan
4. Namboru Sitta Haumasan
5. Namboru Natinjo
Singkat cerita, Oppui Guru Tatea Bulan diketahui bertempat tinggal di Sianjur Mula-mula, atau Limbong perkampungan Taurat (Mula ni Hajolmaon).
KETURUNAN OP RAJA ISUMBAON.
Menurut cerita, Oppui Raja I Sombaon – Ompung Boru Nasiak Go Ina memiliki enam (6) orang anak. Diantaranya, 4 anak Laki-laki dan 2 perempuan.
Empat (4) Laki-laki:
1. Oppung. Sorimanggaraja
2. Oppung. Sakkar Somalindang
3. Oppung. Raja Asih-Asih
4. Oppung. Singomora/Singamoraja
Dua (2) Perempauan:
1. Namboru Nai Eta
2. Namboru Malum
Dan Oppui Raja I Sombaon berkampung atau bertempat tinggal di “Sijambur Mula Toppa” yang kini disebut dengan “RUMA HELA.”
PENEMUAN LOKASI/INGANAN GURU TATEA BULAN DAN RAJA ISUMBOAN.
Lokasi atau Inganan perkampungan Ompui Guru Tatea Bulan dan Ompui Raja I Sombaon diketahui berada di Kab. Samosir. Yakni, disekitar pergunungan atau Dolok “Pusuk Buhit”.
Perkampungan Ompui Guru Tatea Bulan ditemukan sekira Tahun 1992-1993 oleh br Sihotang, pinoppar alias keturunan Ompui Raja I Sombaon. Lokasi perkampungan ini berada di arah Barat Pusuk Buhit. Perkampungan ini kerap disebut oleh warga di sana dengan sebutan Sianjur Mula-mula. Persisnya, diperkampungan LIMBONG. `
Begitu juga temuan perkampungan Ompui Raja I Sombaon ditemukan oleh br Situmorang, keturunan dari Ompui Guru Tatea Bulan. Dan lokasi perkampungan Rumah Ompui Raja I Sombaon diketahui berada diarah Timur, matahari terbit. Biasanya disebut dengan perkampungan Sijambur Mula Toppa. Dan perkampungan ini ditemukan sekira satu tahun lalu, yakni tertanggal 14 Pebruari 2011.
Lokasi perkampungan Ruma Hela ini berbentuk Bulan Sabit. Dan disitu ditemukan 6 batang pohon. Empat (4) diantaranya berukuran besar dan Dua (2) berukuran sedang. Pohon ini juga diyakini sudah ada sejak ribuan tahun lalu.
Tak hanya itu, menurut warga disana, kalau perkampungan atau Rumah Hela itu diketahui cukup angker alias seram. Bahkan warga disana tidak ada yang berani memasuki wilayah tersebut. Sankin seramnya, perkampungan ini diketahui sanggat suci. Karena tidak sembarangan orang berbicara atau bertingkah yang macam-macam di sana.
ARTI KE 6 POHON BESAR DI RUMAH HELA.
Lokasi perkampungan Rumah Hela yang dulunya di huni Oppui Raja I Sombaon di dapatkan enam (6) batang pohon berukuran besar dan sudah berusia tua. Dan keberadaan pohon tersebut memiliki arti tersendiri.
Menurut cerita, arti ke-4 pohon besar yang berada di sebelah kanan menggartikan kalau Oppui Raja I Sombaon memiliki empat orang anak.
Diantaranya:
1. Oppu. Sorimanggaraja
2. Oppu. Sakkar Somanindang
3. Oppu. Raja Asih-Asih
4. Oppu. Singgomora/Singgamoraja
Sedangkan ke-2 pohon terletak disebelah kiri itu menunjukkan kalau Oppui Raja I Sombaon memiliki dua anak perempauan:
Yaitu:
1. Namboru Nai Eta
2. Namboru Malum
Tak hanya itu, nama perkampungan atau inganan Oppui Guru Tatea Bulan dan Raja I Sombaon juga memiliki arti tersendiri. Dimana diketahui kalau Inganan Oppui Guru Tatea Bulan berada di Sianjur Mula-mula. Sedangkan Oppui Raja I Sombaon bertempat di Sijambur Mula Toppa.
Seperti apa arti nama tersebut?
ARTI SIANJUR MULA TOPPA.
Sejak dahulu, arti nama perkampungan atau inganan Oppui Guru Tatea Bulan dan Oppui Raja I Sombaon menjadi teka teki. Dan sampai saat ini, nama perkampungan tersebut masih menyimpan misteri atau tanda tanya. Seperti apa arti nama perkampungan atau inganan oppui tersebut?
Inganan atau perkampungan Oppui Guru Tatea Bulan berada di Sianjur Mula-mula. Ini menggartikan, kalau perkampungan itu adalah awal dari Mula Bangso Batak. Dimana Mula Bangso Batak diyakini ciptaan Mula Jadi (pencipta alam semesta dan isinya). Dan Sianjur Mula-mula ini kerap disebut dengan HASUNDUTAN.
Begitu juga dengan nama perkampungan Oppui Raja I Sombaon, disebut dengan Sijambur Mula Toppa. Nama itu diberikan karena Oppui Raja I Sombaon mampu membuat beberapa hasil ciptaannya. Yakni:
1. Oppui Raja I Sombaon menciptakan atau menjadikan perkampungan tempat ia tinggal mirip dengan Bulan Sabit (bulan ke-13)
2. Oppui Raja I Sombaon mampu menciptakan alat-alat music tradisional Bangso Batak. Diantaranya: Ogung, Seruling, Sarune, Kecapi, Tagading dan Garatung.
3. Oppui Raja I Sombaon juga menciptakan tradisi Manortor Bangso Batak.
Sinjur Mula Toppa juga kerap disebut dengan Habiscaran (Matahari Terbit). Dan nama perkampungan atau temat tinggal Oppui Raja I Sombaon juga dijuluki dengan RUMAH HELA. Dari RUMAH HELA, Oppui Raja I Sombaon memiliki 6 anak. Diantaranya, 4 anak laki-laki dan 2 perempuan.
Yakni:
1. Oppung. Sorimanggaraja
2. Oppung. Sakkar Somalindang
3. Oppung. Raja Asih-Asih
4. Oppung. Singgomora/Singgamoraja
1. Namboru Nai Eta
2. Namboru Malum
Dan latar belakang akan sejarah Oppui Raja I Sombaon ini baru diketahui sejak inganan, lokasi atau perkampungannya ditemukan oleh Dra N br Situmorang, istri dari Ir H Naibaho.
Bagaimana proses penelusuran atau pencaharian hingga Dra N br Situmorang dapat mengetahui atau menemukan inganan/perkampungan Oppui Raja I Sombaon?
PENCAHARIAN LOKASI- PERKAMPUNGAN RAJA I SUMBAON.
Inganan atau lokasi perkampungan Oppui Raja I Sombaon diketahui cukup seram atau angker. Nama daerah ini disebut dengan RUMA HELA. Karena itu pula, warga sekitar yang ber cocok tanam atau berladang di sana tidak ada yang berani mendekati lokasi perkampungan RUMA HELA.
Lantas bagaimana inganan atau perkampungan RUMA HELA dapat ditemukan?
Menurut Ir H Naibaho, pencaharian inganan Oppui Raja I Sombaan sudah dilakukan sejak tahun 1991. Hampir seluruh areal pegunungan Pusuk Buhit sudah dijelejah olehnya.
Jelas, ia mengaku kesulitan. Meski begitu, tidak membuat dirinya menyerah untuk mencari sejarah dari leluhur Bangso Batak. Salah satu upaya untuk meluluskan niat baiknya itu, Ir. H Naibaho tidak lupa memanjatkan doa kepada Debata/Mula Jadi Nabolon/Yang Maha Kuasa.
Ia juga tidak lupa meminta petunjuk melalui doa kepada Oppu Raja Namartuatua / Raja Namartua Dolok Nabolon / Raja Namartua Dolok Nabadia atau Raja Namartua Dolok Pusuk Buhit. Dari doa tersebut, yang dilakukan saban hari atau terus menerus, ia mendapat hasil/petunjuk dan diprintahkan untuk mencari inganan atau perkampungan empat (4) oppu lainnya.
Diantaranya: Oppui Par Aek Lae lae (Tanah Ponggol), Oppui Guru Sidondangon (Tao Sidihoni), Oppung Guru Sosidoppakonon Naibaho (Pengawal/hulubalang Oppu Namartuatua) dan terakhir Oppui Raja Tao Toba (Danau Toba).
Keempat inganan atau tempat oppu itu sudah ditemukan. Bahkan, semuanya sudah diberikan tanda untuk tempat berdoa (langgatan pardebataan).
Usai itu dilakukan, barulah inganan atau lokasi perkampungan Oppui Raja I Sombaon ditemukan, tertanggal 14 Februari 2011. Nama lokasi ini disebut dengan RUMA HELA.
Mengapa tanggal 14 Februari 2011 ditunjuk Oppui Raja I Sombaon untuk menampakkan ingannya (tempatnya)?
ARTI TGGL 14 FEBRUARI 2011.
Sepuluh tahun lamanya pencaharian dilakukan guna menemukan inganan atau perkampungan Oppui Raja I Sombaon. Namun mengapa Debata (Mula Jadi Nabolon/Yang Maha Kuasa) baru memberikan petunjuk akan inganan atau tempat Oppui Raja I Sombaon tertanggal 14 Februari 2011?
Mengapa harus tertanggal itu? Menurut Dra N Situmorang, istri dari Ir. H Naibaho, tanggal dan bulan tersebut memiliki makna yang dalam atau arti tersendiri. Tujuannya, biar semua keturunan atau pinopar Oppui Raja I Sombaon selalu ingat atau tidak pernah lupa dengan sejarah atau silsilah dari leluhurnya.
Arti tanggal tersebut yang dimaksud, angka 1 mengartikan kalau Bangso Batak hanya memiliki 1 orang bapak serta 1 orang mamak. Sedangkan angka 4, itu mengartikan kalau Oppui Raja I Sombaon memiliki 4 orang anak laki-laki. Dan angka 2 menyatakan, kalau Oppui Raja I Sombaon memiliki 2 orang perempaun. seperti tersebut diatas.
Singkat cerita, garis keturunan atau pinoppar Oppui Raja I Sombaon tidak sampai di situ saja. Siapa dan marga apa saja keturunan Oppui Raja I Sombaon?
PINOMPAR OPPUI RAJA ISUMBAON.
Menurut cerita, ke-6 anak dan boru dari Oppui Raja I Sombaon seluruhnya memiliki garis keturunan alias maranak marboru. Dan pinoppar atau keturunan Oppui Raja I Sombaon tidak hanya berada atau bertempat tinggal di Samosir. Namun di daerah atau Negara lain juga ada ditemukan.
Dari informasi yang diperoleh Media Online boa-boa.com, menjabarkan, garis keturunan atau anak dari hasil pernikahan antara Oppu Sorimangaraja – br Sariburaja (belum memiliki marga) ada delapan (8) orang. Yakni:
1. Oppung Sorbanibanua
2. Oppung Sorbanijae
3. Oppung Sorbanijulu
4. Oppung Nairasaon
5. Oppung Simangarerak (Tidak Marpinoppar/Tidak Berketurunan)
6. Oppung Sibulung Tua
7. Oppung Silaubanua (Tidak Marpinoppar/Tidak Berketurunan)
8. Oppung Naiambaton
Nama-nama ke-8 anak dari Oppung Sorimangaraja-br Sariburaja ini belum bermarga. Ini merupakan pahoppu alias cucu dari Oppui Raja I Sombaon – Nasiak Go Ina.
Semua nama yang tertera diatas masing-masing memiliki makna atau arti tersendiri, sesuai dengan dirinya atau kepribadiannya. Dan dari ke-8 nama tersebut, satu diantaranya merupakan pemberian dari Oppui Raja I Sombaon. Ialah Oppung Tuan Naiambaton.
Mengapa Oppui Raja I Sombaoan memberikannya nama Tuan Naiambaton? Media Online Boa-boa.com akan berupaya menjabarkannya sejarah Suku/Bangso Batak ini lebih mendetail lagi.
ARTI NAMA KE 6 ANAK OPPUI RAJA ISUMBAON.
Saat atau pada masa itu, untuk berikan nama kepada seseorang tidak mudah atau asal-asal. Setiap nama diyakini memiliki arti tersendiri dan sesuai dengan perilaku/kepribadian masing-masing. Dan ini menunjukkan, pada saat itu manusia cukup dekat dengan Mula Jadi Nabolon/Yang Maha Kuasa.
Seperti diketahui, kalau jumlah keseluruhan anak dari Oppui Raja I Sombaon berjumlah enam (6) orang. Diantaranya, empat (4) laki-laki dan dua (2) perempuan.
Ke enam (6) nama tersebut diberikan juga memiliki arti-arti tersendiri. Yaitu: Untuk nama Oppung. Sorimangaraja, diambil dari nama orang pertama alias mula ni Jolma atau asal pertamanya Bangso Batak. Ialah, Parulaon Darat atau Mula Ni Jolma/manusia pertama. Dan nama ini juga diberikan dari restu Mula Jadi Nabolan/Yang Maha Kuasa.
Oppung ini diketahui menikahi boru ni Oppung Saribu Raja yang bertempat tinggal di sekitar Barus.
Oppung. Sakkar Somalindang juga diambil atau diberikan dengan makna tersendiri. Nama ini diberikan, dengan alasan, saat itu Oppui Raja I Sombaon- Ompung Boru Nasiak Go Ina sudah dapat meramalkan akan masa depan anaknya yang kedua ini.
Kalau ia diyakini tidak bersedia atau tidak mau menikah (berumah tangga) dengan wanita mana pun. Lantas oppui memberinya nama sesuai dengan yang diatas Dengan kata lain Gabe lapa-lapa (tidak berketurunan).
Begitu juga dengan nama Oppung. Raja Asih-Asih. Nama tersebut diberikan juga sesuai dengan kelakuannya. Yaitu, kalau Oppung ini memiliki sifat atau perilaku sebagai orang yang baik dan suka menolong (jolma naburju). Dan nama tersebut diyakini, diberikan oleh Mula Jadi Nabolon/Yang Maha Kuasa.
Tidak ketinggalan juga, nama Oppung. Singomora/Singamoraja juga memiliki arti tersendiri. Dan nama ini diberikan, karena wajah dari oppung tersebut mirip sekali dengan wajah/muka Singga. Perlakuannya juga tak beda dengan prilaku Singga. Meski begitu, ia memiliki keturunan dari hasil pernikahannya. Dimana diketahui, kalau ia menikah dengan seorang anak raja Suku Alas (Melayu).
Bagaimana dengan pemberian atau arti dari nama kedua namboru itu? Dimana diketahui, nama Namboru Nai Eta diberikan juga memiliki arti tersendiri. Kalau nama itu diberikan agar ia memiliki adik perempuan. Arti dari Nai Eta adalah mengikut dan harapan dari nama tersebut menjadi kenyataan.
Namboru ini diketahui dipinang atau diperistri oleh anak dari Limbong Mulana. Setelah menikah, pasangan ini memiliki seorang anak. Dan anak itu diberi nama Silungun. Mereka bertempat tinggal di daerah Simalungun. Dan nama Kabupaten Simalungun juga diyakini berasal dari nama anak mereka Silungun. Alasannya, pada saat itu perkampungan yang mereka tempati sama sekali belum memiliki nama.
Tak lama kemudian, setelah Nai Eta lahir, menyusul lah adiknya dan diberi nama Namboru Malum. Mengapa diberikan nama tersebut? Alasannya juga sama seperti yang lainnya. Ialah, kalau Oppui Raja I Sombaon dengan Ompung Boru Nasiak Go Ina sudah dapat meramalkan atau melihat kalau namboru ini akan memiliki keahlian tersendiri.
Sesuai dengan namanya, kalau ia akan dapat atau berprofesi sebagai orang yang memiliki keahlian alias menggobati. Dimana setiap orang yang sakit dan dipegang oleh Namboru Malum pasti akan sembuh. Hanya saja, namboru ini tidak marpinoppar (tidak menikah/berkeluarga).
Selesai sudah arti nama ke enam (6) anak dari Oppui Raja I Sombaon – Ompung Boru Nasiak Go Ina. Lantas dimana saja mereka bertempat tinggal? Dan berapa jumlah keturunan mereka serta siapa nama-nama anaknya ?
NAMA2 CUCU OPPUI RAJA I SUMBAON - NASIAK GO INA.
Garis sejarah atau silsilah dari keturunan Oppui Raja I Sombaon – Ompung Boru Nasiak Go Ina hingga saat ini belum juga dapat dipastikan secara nyata. Hanya saja, dari cerita-cerita mitos yang diperoleh media online boa-boa.com sudah menggutip beberapa informasi penting dan perlu diketahui.
Informasi yang diperoleh, ialah, kalau anak pertama pasangan Oppui Raja I Sombaon – Nasiak Go Ina ialah Oppung Sorimangaraja. Ia menikah dengan putri atau boru Oppung Saribu Raja (belum memiliki marga) asal Barus.
Dari hasil pernikahan mereka, pasangan ini memiliki delapan (8) orang anak. Yaitu:
1. Oppung Tuan Sorbanibanua
2. Oppung Tuan Sorbanijae
3. Oppung Tuan Sorbanijulu
4. Oppung Tuan Nairasaon
5. Oppung Tuan Simangarerak (Tidak Marpinopar/Tak Beketurunan)
6. Oppung Tuan Sibulung Tua
7. Oppung Tuan Silaubanua (Tidak Marpinopar/Tidak Berketurunan)
8. Oppung Tuan Naiambaton
Ke delapan (8) nama yang tertera diatas juga memiliki makna atau arti tersendiri. Dan dari ke-8 nama tersebut, hanya satu nama diantaranya pemberian Oppui Raja I Sombaon. Ialah Oppung Tuan Naiambaton.
Mengapa atau apa alasan serta arti nama Oppung Tuan Naiambaton?
ARTI NAMA OPPUNG TUAN NAIAMBATON.
Oppung Tuan Naiambaton merupakan anak ke-8 atau paling bontot dari pasangan Oppung Sorimangaraja – Boru Saribu Raja. Ia memiliki ciri-ciri khusus, selain tubuhnya besar dan tingginya mencapai lebih kurang delapan (8) meter.
Karena memiliki keistimewaan itu, semasa kecil dan masih berusia dua (2) tahun Oppung Tuan Naiambaton pernah mau dibuang ke jurang oleh orang tuanya. Pulaknya, selain tubuhnya besar, kuat makan hingga membuat ia kesulitan atau tidak dapat berdiri dan berjalan.
Untungnya, Oppui Raja I Sombaon mendengar atau mengetahui rencana Oppung Sorimangaraja hingga Tuan Naiambaton dapat terselamatkan. Oppung Tuan Naiambaton dikenal sebagai leluhurnya marga-marga Parna. Marga-marga parna diketahui berjumlah sekira 56 marga dan ada di seluruh daerah-daerah Tanah Batak, khususnya.
Dan hanya Oppung Tuan Naiambaton, cucu Oppui Raja I Sombaon dari sejak kecil hingga besar berada di Ruma Hela. Ia dibesarkan oleh Oppui Raja I Sombaon dan Ompung Boru Nasiak Go Ina.
Lantas apa arti nama Oppung Tuan Naiambaton? Menurut cerita-cerita mitos, Nama tersebut diberikan karena ia diajari berjalan dengan cara ditambat (diikat) dengan kayu. Saat Oppung Tuan Naiambaton dibawa ke Ruma Hela ia terus dilatih berjalan oleh Oppui Raja I Sombaon.
Saat itu Oppui Raja I Sombaon membentuk kayu berupa salib (silang). Tubuhnya di ikat, lalu diajari berjalan. Kebetulan juga, besar tubuh dan tinggi Oppui Raja I Sombaon mencapai lebih kurang 7 meter. Dasar itu membuat Oppui Raja I Sombaoan mudah untuk mengajarinya.
Proses pembelajaran berlangsung selama 2-3 tahun lamanya. Setelah berusia lima (5) tahun, Oppung Tuan Naiambaton sudah dapat berjalan. Dan ia tidak pernah kembali ke rumah orang tuanya hingga besar. Oppui Raja I Sombaon sayang dan menilai kalau Tuan Naiambaton tidak sebagai cucu namun sejajar dengan anaknya. Dan hal sebaliknya juga terlihat, kalau Oppung Tuan Naiambaton menilai kalau Oppui Raja I Sombaoan seperti orang tau kandungnya.


Kamis, 19 Juni 2014

Pulau Samosir, Unik dan Disukai Turis

                                                                                                      Andar Hutabarat

 Pulau Samosir di Sumatera Utara adalah pulau yang sangat unik karena merupakan pulau vulkanik yang berada di tengah Danau Toba. Ketinggiannya 1.000 meter di atas permukaan laut. Inilah yang membuat pulau ini menjadi perhatian turis domestik maupun asing.

Menuju Pulau Samosir bisa dilakukan pagi hari dengan membeli tiket feri seharga Rp 10.000 per orang. Dan, sambil menunggu keberangkatan kapal, kita bisa hunting foto di sekitar danau, mengabadikan keindahan dan luasnya Danau Toba.

Selain sebagai tempat wisata, ternyata danau ini menjadi tumpuan hidup masyarakat sekitarnya. Mereka menggunakan air Danau Toba sebagai mata air utama dalam kehidupan sehari-hari. Ada dua tipe feri yang melayani rute ke Pulau Samosir, yaitu feri yang mengangkut penumpang saja dan feri yang mengangkut kendaraan roda empat



                                                                                                          Andar Hutabarat

Jika menggunakan mobil, Anda akan menumpang feri jenis kedua (yang mengangkut kendaraan beroda empat). Selama menyeberang, kita akan disuguhi pemandangan alam danau yang indah, langit biru, dan udara yang sejuk. Cuaca Danau Toba bahkan bisa menghipnotis pengunjung sehingga betah berlama-lama di sini.

Mobil adalah alat transportasi yang sangat penting bagi keluarga yang ingin berkeliling pulau. Di Samosir memang tidak ada angkutan umum. Anda harus menyewa kendaraan berupa sepeda atau sepeda motor jika ingin berjalan-jalan. Ongkos sewa motor antara Rp 70.000 hingga Rp 80.000 per hari.

Di pulau ini juga terdapat beberapa penginapan losmen yang sebagian tidak memiliki nomor telepon. Untuk menginap, kita bisa langsung memesan penginapan secara go show. Jika penginapan sudah penuh, kita bisa meminta tolong penduduk sekitar atau pemilik hotel untuk mencarikan rumah penduduk yang bisa disewakan sebagai tempat menginap. Tarif losmen sekitar Rp 100.000 – Rp 150.000. Wisatawan memang jarang menginap di Samosir.

Namun, jika bepergian secara backpacker, sesampainya di Pulau Samosir kita bisa menyewa ojek atau bermalam di sana.


Kampung Siallagan

Kampung ini terletak di Desa Ambarita Pulau Samosir. Perkampungan yang mirip benteng ini lokasinya berdekatan dengan Danau Toba dan cukup banyak dikunjungi wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara.
                             


Anda akan terkagum-kagum mengamati bagaimana perkampungan ini dikelilingi batu-batu besar disusun bertingkat secara rapi. Dulunya tembok tersebut dilengkapi bambu dan benteng ini berfungsi untuk menjaga perkampungan dari gangguan binatang buas maupun serangan suku lain.

Perkampungan ini dibangun pada masa Raja Laga Siallagan. Kemudian diwariskan kepada keturunan berikutnya sampai dengan sekarang. Yang unik di sini terdapat Batu Persidangan. Dinamakan Batu Parsidangan karena memang fungsinya untuk mengadili penjahat atau pelanggar hukum adat (kasus pembunuhan, pencurian, pemerkosaan, dan lainnya) atau juga untuk musuh politik dari sang raja.

Dari kisah inilah kemudian sempat menjadi sebuah stereotipe bahwa masyarakat Batak melakukan praktek kanibalisme. Ritual ini perlahan hilang setelah agama Kristen tersebar di wilayah Samosir oleh seorang pendeta asal Jerman bernama Dr. Ingwer Ludwig Nommensen pada pertengahan abad ke-19.

Raja Siallagan yang sebelumnya masih menganut agama asli Batak (Parmalim) kemudian memeluk Kristen dan tidak melanjutkan ritual kanibalisme itu lagi. Sekarang Huta Siallagan hanya berfungsi sebagai desa wisata saja untuk mengenang sejarah dan budaya salah satu suku di Tanah Batak.

Pemandu wisata ke tempat ini pastinya akan menceritakan hal ini lebih terinci dan dimaksudkan sebagai pelajaran dari bentuk tradisi di zaman dahulu dan tidak ada maksud lainnya.