Rabu, 17 Juni 2015

RAP Bernuansa Batak (Siantar Rap Foundation)


05-04-2014-all-0003
Masih sering dengar lagu-lagu Siantar Rap Foundation? Ya grup musik rap yang sering disingkat SRF itu adalah sekumpulan musisi muda nan kreatif asal Pematangsiantar. Di album terbarunya, mereka meluncurkan lagu-lagu rap yang dipadu dengan musik tradisional batak.

SIANTAR
Siantar Rap Foundation berdiri pada September 2013 silam, dengan personel Alfred Klinton Manurung atau Alfred Phobia, Diknal Sitorus atau D I C, Alfred Reynaldo Sitanggang alias Alfred Rey dan Petrus Novlin Simarmata, sering dipanggil PNSi.
Keempat rapper ini sudah cukup lama berkarya di jalur hip hop. Bahkan mereka sudah memiliki beberapa album single. Yang terakhir, lagu-lagunya dipadukan dengan musik khas batak.
Menyatunya para rapper ini berawal saat acara HUT Kota Pematangsiantar tahun 2013 silam. Waktu itu, Awenz yang kini menjadi composer mereka, menampilkan kebolehannya ngerap. Usai manggung, Awenz pun didatangi beberapa pemuda yang suka lagu hip hop. Awenz diam-diam menyeleksi personel, hingga akhirnya membentuk SRF.
Kata Siantar Rap sendiri diartikan anak Siantar yang sangat identik dengan batak, dan suka aliran musik rap modern. Namun bukan berarti mereka meninggalkan bahasa serta alat musik tradisional batak lho. Sementara foundation diartikan, keinginan mereka untuk menjadikan musik mereka sebagai pondasi yang sangat kuat.
Dalam penggarapan musiknya, Awenz sendirilah yang menyusun seluruh komposisi dan aransemennya. Termasuk recording, editing, mixing dan mastering di studio wenzCreation Music. Sedangkan untuk menciptakan lagu, Awenz dan Siantar Rap Foundation sama-sama berkarya menghasilkan kreasi-kreasi lagu yang menarik dan memilki nyawa.
Unsur musik tradisional batak seperti taganing, hasapi, sarune, garantung dan sulim, dipadukan dengan unsur hip hop modern, yakni beat loops, sampling dan DJ. Itulah yang membuat warna musik Siantar Rap Foundation lebih menarik.
Dalam perjalanannya, Siantar Rap Foundation sudah merilis album pertama pada tahun 2014 lalu dengan tajuk “Batak Swag Ethnic”. Di album ini, Siantar Rap Foundation menyeimbangkan perpaduan antara musik tradisional dan hip hop. Dimana lirik-liriknya lebih berkonsentrasi pada lingkup kawula muda.
Sukses dengan album pertama, di tahun 2015, Siantar Rap Foundation kembali menggarap album kedua dengan tajuk “Tobanese”. Berbeda dengan album pertama, di album kedua ini unsur musik tradisional batak lebih mendominasi. Sesuai dengan tajuknya, lirik-lirik di album ini banyak bercerita tentang kebudayaan Toba yang disusun dengan nada-nada yang easy listening.
Dengan harapan, di album ini, pesan-pesan dari setiap lagu yang berisi makna-makna kebudayaan leluhur, dapat sampai dan dimengerti para generasi muda Indonesia pada umumnya, dan batak khususnya. Dengan begitu, para  generasi muda tidak melupakan kebudayaan-kebudayaan batak dan dapat lebih bersemangat untuk berkreasi. Ada beberapa lagu unggulan di album mereka yang kedua, di antaranya hapogosonta yang dinyanyikan feat Pitta Rose. Lagu itu adalah ciptaan Alfred Phobia. Lagu lainnya adalah dalihan natolu ciptaan Alfred Phobia.
Album kedua Siantar Rap Foundation-Tobanese yang diproduseri Awenz, dengan label WenzCreation Music ini, rencananya akan dirilis pada Mei 2015. Album ini akan berisi 10 lagu yang mengangkat budaya batak melalui musik rap, tanpa menghilangkan unsur tradisionalnya.
Dalam hal pengalaman berkarya dan naik-turun panggung, Siantar Rap Foundation sudah cukup berpengalaman. Mulai mengisi acara lokal maupun daerah. Seperti Jong Batak Art Festival Medan, A-Mild, PRSU 2015, pembuka acara dalam konser The Cangcuters dan Firman Siagian di Lapangan Horbo, Jalan Farel Pasaribu, Kota Siantar, dan manggung di Festival Godang Naposo di Samosir, yang digelar oleh Pemkab Samosir.
Kedepan, mereka akan melaksanakan konser di enam lokasi yang berada di Siantar-Simalungun. Dan diharapkan, mereka mampu manggung bersama artis ibu kota. Hal itu bukan tak mungkin, sebab anak-anak SRF sangat antusias bahwa musik yang mereka bawa mampu menembus pangsa pasar nasional, bahkan internasional.
“Untuk lagu, memang diciptakan masing-masing personel. Setelah itu, kita akan kombinasikan dengan lirik dan musiknya. Intinya kita harus mendalami apa yang ada di adat batak,” jelas Awenz yang ditemui METRO di basecamp Siantar Rap Foundation di Jalan Toba, Siantar Selatan.
Soal kendala, tak ada yang berarti. Hanya saja, saat ini ada personel SRF yang masih sekolah dan kuliah, sehingga mereka baru bisa latihan di saat liburan. Bila ada konser, mereka harus meminta izin kepada orangtua dan pihak sekolah atau universitas mereka.
“Ada yang kuliah di Bandung, Pekanbaru, dan pelajar SMA di Siantar. Kalau ada job manggung, kita izin dari orangtuanya dan sekolah. Kita harus membayar tiket mereka pulang pergi, intinya kita hanya ingin bakat kita tersalur,” jelasnya.
Untuk album keduanya ini, Siantar Rap Foundation bekerja sama dengan James Siahaan, untuk pemasaaran. James Siahaan sendiri mengaku sudah sangat siap dalam pemasaran album yang akan meluncur Mei 2015 mendatang. Urusan lirik, judul lagu, bahkan lagu itu sendiri, ia menyerahkan sepenuhnya kepada masing-masing personel.
Hal itu karena ia tidak ingin membatasi personel Siantar Rap Foundation untuk berkarya. “Kita optimis dengan mereka, saya yakin mereka akan menjadi artis yang besar di lingkup nasional,” jelas James Siahaan.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar