Sabtu, 27 Juni 2015

Sumatera Utara jadi provinsi dengan cewek jomlo terbanyak di Indonesia. Apa penyebabnya?



Apakah betul?

Menurut saya, Cewek di sumatera utara lebih Mengutamakan Pendidikan, karena Pendidikan itulah harga mutlak bagi kaum Hawa bangso batak. Setelah mendapatkan Pendidikan yang tinggi baru mereka mau Menikah.

Ini Bukan Persoalan adat, Biaya nikah maha, kriteria pasangan ataupun susah cari pacar melainkan agar si cewe derajat di mata sang pria akan tinggi dan harga sinamotnya pun tinngi

Senin, 22 Juni 2015

Kuala Namu Internasional Airpot (KNIA)


Berdasarkan penilaian menyeluruh terhadap standar dari pelayanan dan produk yang berhubungan langsung dengan konsumen, Bandara Internasional Kuala Namu di Deli Serdang, Sumatera Utara, berhasil meraih sertifikasi Bintang 4 dari Skytrax.

Dalam rilisnya, Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) Budi Karya Sumadi menyebut, aspek-aspek yang termasuk penilaian adalah fasilitas terminal, kenyamanan terminal, layanan transit, area perbelanjaan, restoran, kafe dan bar, layanan dan fasilitas bagi penumpang berangkat serta datang, layanan imigrasi, pemeriksaan keamanaan, dan transportasi darat. “Sertifikasi Bintang 4 dari Skytrax ini sekaligus membuat Bandara Internasional Kuala Namu sejajar dengan bandara lain yang ada di kategori tersebut yakni antara lain Abu Dhabi International Airport di UEA, Charles De Gaulle di Paris, Prancis, Schipol Airport di Amsterdam, Belanda, dan Heathrow Airport di London, Inggris,” kata dia.

Dikatakan, hasil yang diraih Bandara Internasional Kuala Namu ini mampu melampaui Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang saat ini bersertifikasi Bintang 3 Skytrax. Diakui Budi, pihaknya berkomitmen untuk selalu menerapkan standar tinggi di bidang pelayanan konsumen di seluruh bandara di bawah PT Angkasa Pura II (Persero) termasuk Bandara Internasional Kualanamu.

Rabu, 17 Juni 2015

RAP Bernuansa Batak (Siantar Rap Foundation)


05-04-2014-all-0003
Masih sering dengar lagu-lagu Siantar Rap Foundation? Ya grup musik rap yang sering disingkat SRF itu adalah sekumpulan musisi muda nan kreatif asal Pematangsiantar. Di album terbarunya, mereka meluncurkan lagu-lagu rap yang dipadu dengan musik tradisional batak.

SIANTAR
Siantar Rap Foundation berdiri pada September 2013 silam, dengan personel Alfred Klinton Manurung atau Alfred Phobia, Diknal Sitorus atau D I C, Alfred Reynaldo Sitanggang alias Alfred Rey dan Petrus Novlin Simarmata, sering dipanggil PNSi.
Keempat rapper ini sudah cukup lama berkarya di jalur hip hop. Bahkan mereka sudah memiliki beberapa album single. Yang terakhir, lagu-lagunya dipadukan dengan musik khas batak.
Menyatunya para rapper ini berawal saat acara HUT Kota Pematangsiantar tahun 2013 silam. Waktu itu, Awenz yang kini menjadi composer mereka, menampilkan kebolehannya ngerap. Usai manggung, Awenz pun didatangi beberapa pemuda yang suka lagu hip hop. Awenz diam-diam menyeleksi personel, hingga akhirnya membentuk SRF.
Kata Siantar Rap sendiri diartikan anak Siantar yang sangat identik dengan batak, dan suka aliran musik rap modern. Namun bukan berarti mereka meninggalkan bahasa serta alat musik tradisional batak lho. Sementara foundation diartikan, keinginan mereka untuk menjadikan musik mereka sebagai pondasi yang sangat kuat.
Dalam penggarapan musiknya, Awenz sendirilah yang menyusun seluruh komposisi dan aransemennya. Termasuk recording, editing, mixing dan mastering di studio wenzCreation Music. Sedangkan untuk menciptakan lagu, Awenz dan Siantar Rap Foundation sama-sama berkarya menghasilkan kreasi-kreasi lagu yang menarik dan memilki nyawa.
Unsur musik tradisional batak seperti taganing, hasapi, sarune, garantung dan sulim, dipadukan dengan unsur hip hop modern, yakni beat loops, sampling dan DJ. Itulah yang membuat warna musik Siantar Rap Foundation lebih menarik.
Dalam perjalanannya, Siantar Rap Foundation sudah merilis album pertama pada tahun 2014 lalu dengan tajuk “Batak Swag Ethnic”. Di album ini, Siantar Rap Foundation menyeimbangkan perpaduan antara musik tradisional dan hip hop. Dimana lirik-liriknya lebih berkonsentrasi pada lingkup kawula muda.
Sukses dengan album pertama, di tahun 2015, Siantar Rap Foundation kembali menggarap album kedua dengan tajuk “Tobanese”. Berbeda dengan album pertama, di album kedua ini unsur musik tradisional batak lebih mendominasi. Sesuai dengan tajuknya, lirik-lirik di album ini banyak bercerita tentang kebudayaan Toba yang disusun dengan nada-nada yang easy listening.
Dengan harapan, di album ini, pesan-pesan dari setiap lagu yang berisi makna-makna kebudayaan leluhur, dapat sampai dan dimengerti para generasi muda Indonesia pada umumnya, dan batak khususnya. Dengan begitu, para  generasi muda tidak melupakan kebudayaan-kebudayaan batak dan dapat lebih bersemangat untuk berkreasi. Ada beberapa lagu unggulan di album mereka yang kedua, di antaranya hapogosonta yang dinyanyikan feat Pitta Rose. Lagu itu adalah ciptaan Alfred Phobia. Lagu lainnya adalah dalihan natolu ciptaan Alfred Phobia.
Album kedua Siantar Rap Foundation-Tobanese yang diproduseri Awenz, dengan label WenzCreation Music ini, rencananya akan dirilis pada Mei 2015. Album ini akan berisi 10 lagu yang mengangkat budaya batak melalui musik rap, tanpa menghilangkan unsur tradisionalnya.
Dalam hal pengalaman berkarya dan naik-turun panggung, Siantar Rap Foundation sudah cukup berpengalaman. Mulai mengisi acara lokal maupun daerah. Seperti Jong Batak Art Festival Medan, A-Mild, PRSU 2015, pembuka acara dalam konser The Cangcuters dan Firman Siagian di Lapangan Horbo, Jalan Farel Pasaribu, Kota Siantar, dan manggung di Festival Godang Naposo di Samosir, yang digelar oleh Pemkab Samosir.
Kedepan, mereka akan melaksanakan konser di enam lokasi yang berada di Siantar-Simalungun. Dan diharapkan, mereka mampu manggung bersama artis ibu kota. Hal itu bukan tak mungkin, sebab anak-anak SRF sangat antusias bahwa musik yang mereka bawa mampu menembus pangsa pasar nasional, bahkan internasional.
“Untuk lagu, memang diciptakan masing-masing personel. Setelah itu, kita akan kombinasikan dengan lirik dan musiknya. Intinya kita harus mendalami apa yang ada di adat batak,” jelas Awenz yang ditemui METRO di basecamp Siantar Rap Foundation di Jalan Toba, Siantar Selatan.
Soal kendala, tak ada yang berarti. Hanya saja, saat ini ada personel SRF yang masih sekolah dan kuliah, sehingga mereka baru bisa latihan di saat liburan. Bila ada konser, mereka harus meminta izin kepada orangtua dan pihak sekolah atau universitas mereka.
“Ada yang kuliah di Bandung, Pekanbaru, dan pelajar SMA di Siantar. Kalau ada job manggung, kita izin dari orangtuanya dan sekolah. Kita harus membayar tiket mereka pulang pergi, intinya kita hanya ingin bakat kita tersalur,” jelasnya.
Untuk album keduanya ini, Siantar Rap Foundation bekerja sama dengan James Siahaan, untuk pemasaaran. James Siahaan sendiri mengaku sudah sangat siap dalam pemasaran album yang akan meluncur Mei 2015 mendatang. Urusan lirik, judul lagu, bahkan lagu itu sendiri, ia menyerahkan sepenuhnya kepada masing-masing personel.
Hal itu karena ia tidak ingin membatasi personel Siantar Rap Foundation untuk berkarya. “Kita optimis dengan mereka, saya yakin mereka akan menjadi artis yang besar di lingkup nasional,” jelas James Siahaan.(*)

Tempat Wisata Di Sumatera Utara

Tempat wisata di Sumatera Utara amatlah beragam, trippers!. Kamu bisa menikmati keindahan yang begitu memukau mulai dari wisata alam, bahari, religi, budaya dan juga aneka jenis wisata lainnya. Medan sebagai pusat pemerintahan dari provinsi Sumatera Utara menjadi pintu gerbang wisatawan yang hendak berkunjung. Keberadaaan Bandara Internasional Kuala Namu juga turut memberikan sumbangasihnya akan hal aksesibilitas serta kemajuan transportasi yang berdampak kepada pergerakan pariwisata Sumatera Utara. Nah bagi kamu yang ingin melancong ke Sumatera Utara, berikut 10 tempat wisata di Sumatera Utara sebagai refrensi kamu:

Danau Toba
Panorama alam dan keajaiban di Danau Toba telah memikat para travelers dari berbagai belahan dunia. Memiliki panjang sekitar 100 km dan lebar 50 km, Danau Toba dikukuhkan sebagai salah satu kawasan geopark nasional bernama Geopark Kaldera Toba. Berbagai destinasi wisata di Danau Toba dapat anda jadikan sebagai tujuan wisata diantaranya adalah: Pulau Samosir, Parapat, Humbang Hasundutan, balige (Toba Samosir), Pangururan, Tuktuk Siadong, Tanjung Unta, Silalahi dan masih banyak lagi lainnya. Interest?


Nias Island
Pulau Nias adalah satu sisi berbeda dari Sumatera Utara, memiliki puluhan pulau yang tersebar di Samudera Hindia, Nias menjadi surga wisata bahari yang tak boleh terlewatkan dan dianggap sepele. Lihat saja bagaimana besarnya animo pelancong dari luar negeri yang hendak merasakan atmosphere dari keajaiban sejuta manikam pariwisata Sumatera Utara ini. Beberapa destinasi wisata yang harus anda kunjungi adalah Desa Bawomataluo, Pulau Telo, Pulau-Pulau Batu, Nias Selatan, Nias Utara, Siroktabe dan masih banyak lagi lainnya. Nias juga memiliki keajaiban lainnya yakni disnyalir sebagai salah satu lokasi peradaban megalitik dunia, wow...!! siap?


 Pulau Mursala dan Tapanuli Tengah
Bertandanglah ke daerah pesisir Sumatera Utara, terdapat 33 pulau yang diantaranya masih asri serta perawan. Pulau Mursala dikenal karena keunikannnya dimana terdapat air terjun yang mengalir bebas dan jatuh ke laut. Mursala telah dijadikan sebagai lokasi syuting film layar lebar. Selain itu tentu anda masih bisa menikmati keindahan alam lainnya seperti Batu Lobang, Air Terjun Silima-Lima, Pulau Putri, Pulau Kalimatung, Pulau Bakkar dan tak kalah menarik adalah mengunjungi makam papan tinggi di Barus yang dikenal sebagai pintu masuk agama islam pertama di Indonesia. 


Berastagi dan Tanah Karo
Berastagi telah mengikat para pelancong sejak dulu, dinginnya udara dengan hamparan pemandangan alam menjadi suguhan menarik yang tak boleh anda lewatkan begitu saja. Berastagi selalu ramai terutama saat musim liburan, jangan lupa untuk mengexplore wisata tanah Karo lainnya seperti Desa Dokan, Gunung Sibayak, Gunung Sibuaten, Gunung Sinabung yang cocok dijadikan untuk lokasi hiking alias mendaki. Tak hanya itu, Tanah Karo juga layak dijadikan sebagai wisata agro terutama yang berkaitan erat dengan hasil pertanian dari dataran Karo Simalem.

Telusuri keindahan sejuta manikam pariwisata Sumatera Utara bersama Traveling Medan Comm, kami akan sangat bangga memperkenalkan destinasi yang ada, bila membutuhkan guide atau trip organizer, kontak kami dan lets traveling..!! :) 





Jumat, 23 Januari 2015

Asal Usul Suku Batak



Sejarah Asal Usul Suku Batak

Sejarah Asal Usul Suku Batak- Batak merupakan salah satu suku bangsa yang ada di Indonesia. Nama ini merupakan sebuah terma kolektif untuk mengindentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli, Sumatera Timur dan di Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola dan Batak Mandailing. Mayoritas orang batak menganut agama Kristen dan sisanya beragama Islam. Tetapi ada juga yang menganut agama Malim dan juga menganut kepercayaan Animisme (disebut juga sipelebegu atau parbegu), penganut kedua kepercayaan ini saat ini sudah semakin berkurang. Berikut ini mari kita simak Sejarah Asal Usul Suku Batak

Sejarah Suku Batak

Orang Batak adalah penutur bahasa Austronesia  namun tidak diketahui kapan nenek moyang orang Batak pertama kali bermukim di Tapanuli dan Sumatera Timur. Bahasa dan bukti-bukti arkeologi menunjukkan bahwa orang yang berbahasa Austronesia dari Taiwan telah berpindah ke wilayah Filipina dan Indonesia sekitar 2.500 tahun lalu, yaitu di zaman batu muda (Neolitikum). Karena hingga sekarang belum ada artefak Neolitikum (Zaman Batu Muda) yang ditemukan di wilayah Batak maka dapat diduga bahwa nenek moyang Batak baru bermigrasi ke Sumatera Utara di zaman logam. Pada abad ke-6, pedagang-pedagang Tamil asal India mendirikan kota dagang Barus, di pesisir barat Sumatera Utara. Mereka berdagang kapur Barus yang diusahakan oleh petani-petani di pedalaman. Kapur Barus dari tanah Batak bermutu tinggi sehingga menjadi salah satu komoditas ekspor di samping kemenyan. Pada abad ke-10, Barus diserang oleh Sriwijaya. Hal ini menyebabkan terusirnya pedagang-pedagang Tamil dari pesisir Sumatera. Pada masa-masa berikutnya, perdagangan kapur Barus mulai banyak dikuasai oleh pedagang Minangkabau yang mendirikan koloni di pesisir barat dan timur Sumatera Utara. Koloni-koloni mereka terbentang dari Barus, Sorkam, hingga Natal.

Identitas Batak

R.W Liddle mengatakan, bahwa sebelum abad ke-20 di Sumatera bagian utara tidak terdapat kelompok etnis sebagai satuan sosial yang koheren. Menurutnya sampai abad ke-19, interaksi sosial di daerah itu hanya terbatas pada hubungan antar individu, antar kelompok kekerabatan, atau antar kampung. Dan hampir tidak ada kesadaran untuk menjadi bagian dari satuan-satuan sosial dan politik yang lebih besar. Pendapat lain mengemukakan, bahwa munculnya kesadaran mengenai sebuah keluarga besar Batak baru terjadi pada zaman kolonial. Dalam disertasinya J. Pardede mengemukakan bahwa istilah "Tanah Batak" dan "rakyat Batak" diciptakan oleh pihak asing. Sebaliknya, Siti Omas Manurung, seorang istri dari putra pendeta Batak Toba menyatakan, bahwa sebelum kedatangan Belanda, semua orang baik karo maupun Simalungun mengakui dirinya sebagai Batak, dan Belandalah yang telah membuat terpisahnya kelompok-kelompok tersebut. Sebuah mitos yang memiliki berbagai macam versi menyatakan, bahwa Pusuk Buhit, salah satu puncak di barat Danau Toba, adalah tempat "kelahiran" bangsa Batak. Selain itu mitos-mitos tersebut juga menyatakan bahwa nenek moyang orang Batak berasal dari Samosir.

Terbentuknya masyarakat Batak yang tersusun dari berbagai macam marga, sebagian disebabkan karena adanya migrasi keluarga-keluarga dari wilayah lain di Sumatra. Penelitian penting tentang tradisi Karo dilakukan oleh J.H Neumann, berdasarkan sastra lisan dan transkripsi dua naskah setempat, yaitu Pustaka Kembaren dan Pustaka Ginting. Menurut Pustaka Kembaren, daerah asal marga Kembaren dari Pagaruyung di Minangkabau. Orang Tamil diperkirakan juga menjadi unsur pembentuk masyarakat Karo. Hal ini terlihat dari banyaknya nama marga Karo yang diturunkan dari Bahasa Tamil. Orang-orang Tamil yang menjadi pedagang di pantai barat, lari ke pedalaman Sumatera akibat serangan pasukan Minangkabau yang datang pada abad ke-14 untuk menguasai Barus.

Misionaris Kristen

Pada tahun 1824, dua misionaris Baptist asal Inggris, Richard Burton dan Nathaniel Ward berjalan kaki dari Sibolga menuju pedalaman Batak. Setelah tiga hari berjalan, mereka sampai di dataran tinggi Silindung dan menetap selama dua minggu di pedalaman. Dari penjelajahan ini, mereka melakukan observasi dan pengamatan langsung atas kehidupan masyarakat Batak. Pada tahun 1834, kegiatan ini diikuti oleh Henry Lyman dan Samuel Munson dari Dewan Komisaris Amerika untuk Misi Luar Negeri.

Pada tahun 1850, Dewan Injil Belanda menugaskan Herman Neubronner Van der Tuuk untuk menerbitkan buku tata bahasa dan kamus bahasa Batak - Belanda. Hal ini bertujuan untuk memudahkan misi-misi kelompok Kristen - Belanda dan Jerman berbicara dengan masyarakat Toba dan Simalungun yang menjadi sasaran pengkristenan mereka.

Misionaris pertama asal Jerman tiba di lembah sekitar Danau Toba pada tahun 1861, dan sebuah misi pengkristenan dijalankan pada tahun 1881 oleh Dr. Ludwig Ingwer Nommensen. Kitab Perjanjian Baru untuk pertama kalinya diterjemahkan ke bahasa Batak Toba oleh Nommensen pada tahun 1869 dan penerjemahan Kitab Perjanjian Lama diselesaikan oleh P. H. Johannsen pada tahun 1891. Teks terjemahan tersebut dicetak dalam huruf latin di Medan pada tahun 1893. Menurut H. O. Voorma, terjemahan ini tidak mudah dibaca, agak kaku, dan terdengar aneh dalam bahasa Batak.

Masyarakat Toba dan Karo menyerap agama Kristen dengan cepat, dan pada awal abad ke-20 telah menjadikan Kristen sebagai identitas budaya. Pada masa ini merupakan periode kebangkitan kolonialisme Hindia Belanda, dimana banyak orang Batak sudah tidak melakukan perlawanan lagi dengan pemerintahan kolonial. Perlawanan secara gerilya yang dilakukan oleh orang-orang Batak Toba berakhir pada tahun 1907, setelah pemimpin kharismatik mereka, Sisingamangaraja XII wafat.
Gereja HKBP

Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) telah berdiri di Balige pada bulan September 1917. Pada akhir tahun 1920-an, sebuah sekolah perawat memberikan pelatihan perawatan kepada bidan-bidan disana. Kemudian pada tahun 1941, Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) didirikan.