Sumatera Utara merupakan sebuah provinsi yang memiliki sejumlah obyek wisata yang unik, baik wisata alam maupun budaya. Beberapa obyek wisata tersebut telah dikenal luas hingga ke mancanegara seperti Danau Toba dengan panorama alam yang indah dan Bukit Lawang dengan orangutan Sumatera yang unik, berbeda dengan orangutan Kalimantan.
Kota Medan sendiri sebagai gerbang ke berbagai tujuan wisata di Sumatera, memiliki sejumlah obyek wisata kota seperti Istana Maimun dengan Mesjid Raya dan Kolam Raja, Rumah Tjong A Fie dengan kawasan Kesawan, dan bangunan-bangunan tua peninggalan masa kolonial. Sejak dulu, Medan dikenal sebagai kota perdagangan di mana berdiri sejumlah kantor pusat perusahaan perkebunan seperti Tembakau Deli yang terkenal hingga ke mancanegara.
Danau Toba
Danau Toba merupakan sebuah keajaiban alam yang mempesona yang membentang sepanjang 100 km dengan lebar 30 km di atas pegunungan Bukit Barisan. Letaknya yang berada pada ketinggian 900 meter di atas permukaan laut (dpl) dan dikelilingi oleh kawasan hutan yang hijau menjadikan udara di sekitarnya sejuk dan menyegarkan.
Danau Toba yang memiliki luas 1.145 km2 dengan kedalaman 450 meter yang terlihat seperti lautan, merupakan danau vulkanik terbesar dan terdalam di dunia. Danau ini diperkirakan terbentuk dari letusan supervolcano Gunung Toba yang terjadi sekitar 74.000 tahun yang lalu. Danau yang menjadi salah satu ikon wisata Provinsi Sumatera Utara ini, merupakan sebuah tujuan wisata yang menarik dan menantang untuk dikunjungi.
Di tengah Danau Toba terdapat Pulau Samosir pada ketinggian 1.000 dpl, yang luasnya kira-kira sama dengan Singapura. Di pulau ini juga terdapat berbagai obyek wisata seperti makam yang terbuat dari batu yang telah berusia sekitar 500 tahun dan desa-desa dengan rumah adat tradisional serta kebudayaan Batak Toba yang unik dan kuno.
Jarak Medan ke Parapat, sebuah kota wisata di tepi Dana Toba adalah 180 km dengan waktu tempuh 4 jam.
Bukit Lawang
Bukit Lawang (pintu ke bukit) adalah sebuah desa kecil yang berlokasi di Selatan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Desa ini merupakan pintu gerbang masuk ke hutan Sumatera yang legendaris di mana terdapat Gunung Leuser (3.404 meter). Kawasan TNGL membentang di pegunungan Bukit Barisan, di sebelah Utara merupakan bagian dari wilayah Provinsi Aceh dan di sebelah Selatan bagian dari wilayah Provinsi Sumatera Utara.
Di Bukit Lawang terdapat sebuah pusat rehabilitasi orangutan Sumatera yang berdiri sejak tahun 1973. Orangutan merupakan daya tarik utama Bukit Lawang di mana bisa disaksikan primata anggun yang langka ini berayun-ayun di atas pepohonan hutan tropis yang lebat sebagai habitat aslinya.
Jarak Medan ke Bukit Lawang adalah sekitar 90 km yang dapat ditempuh selama 2 jam.
Tangkahan
Tangkahan identik dengan panorama hutan hujan tropis yang indah dan sering disebut sebagai surga tersembunyi di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Tangkahan yang memiliki luas sekitar 17.000 ha merupakan kawasan kegiatan konservasi. Gajah digunakan berpatroli untuk melindungi TNGL, dan pengunjung dapat ikut serta menunggangi gajah menelusuri hutan.
Di lokasi ini, terdapat berbagai jenis flora dan fauna, gua dan air terjun, pemandian air panas, arung jeram, tempat berkemah, jalur trekking baik dengan berjalan kaki maupun dengan menunggangi gajah Sumatera. Selain itu, terdapat dua sungai yang membelah TNGL yaitu Sungai Batang Serangan dan Sungai Buluh yang airnya sangat jernih.
Jarak dari Medan ke Tangkahan sekitar 124 km, dengan waktu tempuh selama 3 jam.
Teluk Dalam
Teluk Dalam adalah sebuah kota yang berada di ujung Selatan Pulau Nias. Kota ini merupakan pintu masuk bagi peselancar dunia yang datang pada musim tertentu untuk berselancar. Teluk Dalam memiliki pantai-pantai yang indah seperti Pantai Lagundri dan Pantai Sorake. Kedua pantai ini menjadi primadona peselancar dunia karena gulungan ombaknya yang memiliki ketinggian sempurna setara dengan yang terdapat di Hawaii.
Beberapa desa di sekitar Teluk Dalam masih kental dengan tradisi dan arsitektur Nias yang unik, seperti Desa Bawomataluo yang berjarak sekitar 15 km dari Teluk Dalam. Desa ini berada di atas bukit dengan ketinggian 400 meter di atas permukaan laut. Rumah-rumah di desa ini memiliki arsitektur rumah adat Nias yang dikenal dengan Omo Nifolasara yang sudah berusia ratusan tahun. Rumah-rumah di desa ini dibangun saling berhadapan sehingga menyisakan halaman luas yang digunakan sebagai tempat pertunjukan seni tradisi Teluk Dalam seperti Lompat Batu (Hombo Batu) dan Tari Perang.
Di Teluk Dalam juga terdapat peninggalan Megalitik yang berada di Desa Orahili, Kecamatan Gomo. Sejumlah batu berukuran besar berada di perbukitan dekat dengan Sungai Gomo. Menurut sejarah perbukitan dan batu-batu megalitik tersebut merupakan sebuah perkampungan yang berasal dari Zaman Batu Muda (Neolithicum) sekitar 1000 hingga 1500 Masehi.
Teluk Dalam dapat ditempuh dengan penerbangan dari Medan ke Gunung Sitoli dalam waktu 50 menit.
OTW sumut...
BalasHapusNice min, gile bagus banget, jadi pengen kesana.
BalasHapus